Saturday, May 28, 2011

Review Jamming Regional Parkour Jawa Timur 2011

Sekedar review dari Jamming Regional Parkour Jawa Timur 2011 yang terselenggara tanggal 14-15 Mei 2011 kemarin di Kota Malang, tulisan ini saya ambil dari salah satu praktisi Parkour Malang : A.K. Fajar.




Senang sekali rasanya! akhirnya pada tanggal 14-15 Mei kemarin teman-teman dari komunitas Parkour se-Jawa timur mengadakan "hajatan besar", yaitu Jamming Regional Parkour Jawa Timur tahun 2011, yang mana tahun ini Malang menjadi tuan rumah atas event yang digagas setahun sebelumnya oleh ScAPE (Parkour Surabaya). Tentu saja, jamming regional ini merupakan wadah para praktisi parkour se Jawa timur untuk saling temu kangen (padahal deket, hahaha), silaturahmi, dan saling sharing mengenai disiplin yang mereka geluti ini.

Jamming regional kali ini mengambil tema "Back to Basic", dimana para praktisi melihat pertumbuhan komunitas-komunitas Parkour di Jawa Timur yang cukup menggairahkan sehingga dirasa perlu untuk mengenalkan Parkour secara benar. Pengambilan tema "Back to Basic" ini juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada para praktisi dalam disiplin Parkour, dimana setiap saat obstacle berupa kejenuhan dan rasa malas yang hinggap pada diri praktisi bisa datang kapan saja. komunitas yang hadir pada acara Jamming Regional kali ini berasal dari berbagai kota di Jawa Timur. Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Pasuruan, Kediri, Ponorogo, Blitar, dan lain-lain. total peserta kurang lebih berjumlah 90 orang (padahal dari formulir online yang dikumpulkan, peserta berjumlah 120an orang). antusiasme dan semangat kebersamaan terlihat di wajah para praktisi ini.


Acara dimulai pada hari sabtu, 14 Mei 2011. acara pertama yaitu registrasi peserta yang mengambil tempat di Parkiran atas UMM. Ya, UMM (lagi-lagi) menjadi spot utama pada acara kali ini. setelah itu acara dilanjutkan dengan pengenalan Strengh & Conditiong yang dipandu oleh teman-teman dari Play_on Parkour Malang. setelah hari semakin senja, kami menuju ke sebuah ruangan di Lantai 1 Masjid UMM yang sudah dipersiapkan sebelumnya. disini teman-teman beristirahat dan acara akan dilanjutkan malam nanti berupa makan malam (acara inti), perkenalan, dan sharing parkour.

Ketika malam tiba, keadaan menjadi semakin meriah. tingkah polah beberapa praktisi dari berbagai kota di Jawa Timur mengundang derai tawa teman-teman malam itu. masing-masing menceritakan pengalamannya di Parkour. sungguh malam yang sangat meriah. ada satu hal yang menarik yaitu tiap komunitas maju untuk memperkenalkan diri, mereka selalu ditanya mengenai logo/lambang komuntias parkour mereka. belum lagi ulah Agus "Brex" Purwanto yang menyuruh tiap komunitas untuk push up 10x setelah memperkenalkan diri. membuat malam itu menjadi malam yang sulit dilupakan bagi teman-teman parkour Jawa Timur.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sharing dan tanya jawab yang dipandu oleh praktisi-praktisi senior seperti Agus "Brex" Purwanto, Danial Syafhan, Syukron "oon" Muchsin, Bruce Nggedabruce. mereka silih berganti menjelaskan tentang parkour, lebih spesifik tentang tema yang diusung kali ini yaitu "back to Basic". mereka bercerita mengapa mereka betah di Parkour sampai bertahun-tahun, apa makna parkour bagi mereka, bagaimana mereka mengatasi kejenuhan dalam berlatih, dan lain-lain. masuk ke sesi tanya jawab, panitia memberikan kesempatan bagi teman-teman praktisi yang memiliki kendala atau apapun dalam berlatih, sehingga dapat dibagi oleh teman-teman lainnya. ada satu pertanyaan menarik tentang kata penggunaan kata "traceur". salah seorang praktisi bertanya tentang istilah traceur. pertanyaan ini dilempar ke praktisi lain apakah ada yang mau menjawab. beberapa mencoba menjawab seadanya bahwa "traceur adalah sebutan bagi praktisi parkour laki-laki", "traceur bukan hanya praktisi parkour namun juga mengerti filosofi dari parkour", dll. kemudian Danial Syafhan memberikan komentar, dari apa yang dia dapatkan ketika Jamnas 2010, dimana teman-teman dari Parkour Generations memberikan pemahaman akan makna dari traceur itu sendiri. kontan teman-teman praktisi yang belum tahu langsung "kasak-kusuk". ternyata istilah traceur yang selama ini mereka kira bukan seperti yang dipahami selama ini.




Paginya, tanggal 15 Mei 2011, setelah mandi dan sarapan, kami berencana akan mengisi hari terakhir ini dengan pengenalan latihan dan tehnik-tehnik parkour. kegiatan dimulai dengan jogging, streching, dan conditioning. setelah itu peserta dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing dipandu oleh seorang praktisi senior untuk menjelajahi spot unmuh dan beradaptasi dengan lingkungan. kegiatan dimulai pada pukul 08.00 dan selesai pada pukul 12.00. setelah itu karena masih ada waktu kosong dan kebetulan cuaca sedang hujan, kami berkumpul di kafe tehnik UMM (indoor) dan berlatih lagi. kali ini karena jadwal telah habis, panitia memutuskan untuk Free Jam. setelah selesai dan makan siang, acara ditutup dengan penutupan dan foto bareng. sampai ketemu tahun depan!

- aulia kurnia fajar (frxs)





Kita Nantikan Buat Jamming Regional Parkour Jawa Timur 2012 !!!
Selengkapnya...

Wednesday, May 18, 2011

Sarana Latihan Fisik Baru Di Lapangan Rampal : "RESTOK GANDA"

Namanya "RESTOK GANDA", gak tau kok bisa dinamakan seperti itu ya ?? pokoknya sarana latihan ini ditujukan bagi mereka yang ingin latihan fisik khususnya otot lengan (biceps maupun triceps) serta otot dada ala Gym (sebagai alternatif).


Kemarin-kemarin saya sempat melihat proses pemasangan sarana ini, tapi saya kira itu buat stand jualan, eah, gak taunya buat sarana latihan. Bagus deh...


Harapan saya sih sarana ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh orang-orang yang main di Lapangan Rampal, dan semoga umurnya pun panjang, :D


Ini foto yang saya ambil tadi pagi meniru contoh gambar di dekat sarana Restok Ganda :





Stretching


Pull Ups - Untuk Pembentukan Otot Sayap & Menguatkan Otot Biceps (Lengan Atas Bagian Depan)











Deeping - Untuk Pembentukan Otot Dada, Otot Bahu & Otot Triceps (Lengan Atas Bagian Belakang)








Tambahan - Eksplorasi




Selengkapnya...

Tuesday, May 3, 2011

Jamming Regional 2011 - Malang

Jamming Regional Jawa Timur 2011 kali ini diadakan di kampungnya Play_On Parkour, yaitu di Malang yang mengangkat tema "BACK TO BASIC", untuk pelaksanaannya tanggal 14-15 Mei 2011, Jadi Ayo buat para praktisi Parkour khususnya yang ada di Jawa Timur untuk ikut berpartisipasi dalam Jamming Regional 2011 ini.

 

Untuk informasi dan pendaftaran online bisa ke jamregjatim.ebelajar.web.id
Selengkapnya...

Friday, April 15, 2011

Sejarah Singkat Play_On Parkour Malang

    Pada akhir tahun 2002 Brex menonton acara "Ripley's believed or not" di salah satu tv swasta, nah ketika sedang asik-asiknya nonton, dia tertarik pada sekumpulan anak-anak muda prancis yang berlari dan melewati penghalang dengan begitu indahnya, melompat, memanjat, salto dan rolling. "YAMAKASI" itulah nama kelompok tersebut, pada awalnya Brex tidak percaya pada olahraga ini, tapi dia sangat suka dengan olahraga yang seperti itu, akhirnya dia mencoba-coba sendiri yamakasi di sekolahannya pada waktu jam istirahat dan pulang sekolah, saat itu dia menamainya dengan "Yakazima" maklumlah dia lupa nama olahraga itu.

    Pada awal tahun 2003 keluarlah film Yamakasi di bioskop-bioskop Indonesia, akhirnya dia tahu nama olahraga itu, "Yamakasi!" dengan berbekal uang pas-pasan dia ingin menonton film tersebut, tapi uangnya tidak cukup untuk masuk bioskop (saat itu Rp 7000), akhirnya dengan kecewa dia tidak jadi nonton.

    Hari-hari Brex sama seperti biasa, tapi kini dia kelas 2 SMA, pada waktu itu ada obstacle yang lumayan tinggi (dekat kelasnya) setiap hari ketika dia pulang sekolah, dia pasti melompati itu (karena kelasnya di lantai 2), beberapa bulan kemudian temannya memberitahu Brex bahwa dia meloncati itu seperti aksi di Yamakasi, kemudian Brex bertanya :
            Brex    : "kok kamu tahu Yamakasi ?"
            Temen : "ya, karena aku barusan lihat filmnya"
            Brex    : "apa masih diputar di bioskop"
            Temen : "enggak! aku lihat di VCD!"
sejurus kemudian dia minta temannya untuk meminjami VCD itu, akhirnya Brex lihat film itu.....

    Sejak saat itu dia rajin ke warnet untuk cari informasi tentang olahraga itu, tapi hasilnya tetap nihil, putus asa dengan keadaan itu, dia tidak pernah mencari lagi informasi Yamakasi di internet, apalagi dia sudah naik kelas 3, konsentrasinya hanya pada UAN.

    Lulus di sekolahannya (MAN Malang 1) Brex ngelanjutin pendidikannya di Wearness pada jenjang D1 Jurusan Desain Grafis, UAN sudah selesai, cari-cari informasi Yamakasi kumat lagi, kali ini dia berhasil mendapatkan informasinya, tapi hanya filmnya yang kedua "The Great Challengge", lagi-lagi uangnya habis sebelum sempat nonton di bioskop, tapi beberapa minggu kemudian sudah ada VCDnya.

    Hampir 3 bulan dia sudah mengganyang pendidikan di Wearness, hasilnya dia coba mendesain-desain apapun yang berbau olahraga Yamakasi. ketika komputernya kena virus brontok, dia terpaksa ngeformat drive C: nya (karena saat itu dia belum kenal komputer dan anti virus), setelah format, dia pinjam CD master desain (Corel, Adobe, Macromedia, dll) ke temennya yang bernama Max, saat dia membuka CD itu, ada beberap trailer film (mulai dari iklan-iklan lucu sampe bokep), satu persatu dia melihat trailer itu.... "DAMN!! ada salah satu trailer Yamakasi!", ternyata ada satu trailer aksi yamaksi, tapi bukan Yamakasi, diakhir trailer tersebut di perlihatkan situs www.urbanfreeflow.com

    Dengan berbekal uang pas-pasan, akhirnya Brex ke warnet untuk cari informasi tentang Urban Freeflow itu, ketemu! ya, akhirnya Brex mengetahui apa itu Urban Freeflow dan apa itu Yamakasi, ternyata olahraga itu adalah PARKOUR. hampir setiap hari Brex menyempatkan ke warnet untuk cari-cari informasi, alhasil, dia dapat basic beserta video-video dari situs-situs Parkour di seluruh dunia.

    Setiap hari Brex mempelajari basic itu, kemudian sorenya dia mencobanya sendirian, paginya juga begitu, daripada tidur dia lebih memilih belajar Parkour sendirian.

    Tepat pada 26 Desember 2005 Brex didatangi temannya, dia tertarik dengan apa yang dilakukannya, namanya Isa dan luqman, akhirnya mereka memutuskan belajar bareng, besoknya lagi teman-temannya Brex dan Isa juga ikut bergabung, tapi hanya beberapa hari saja mereka out karena olahraga ini terlalu bahaya bagi mereka, beberapa minggu kemudian para Traceurs (pemain Parkour) Malang ini berembuk untuk mendirikan komunitas Parkour Malang, nama yang mereka sepakati untuk pertama kali adalah "Yamakasi Indonesia" tapi kemudian ditolak Isa, dia memutuskan "J-COM (Jumpers Community)" Brex setuju, akhirnya kita pakai nama itu, selang beberapa hari Moneer, le-chat, dan wild-ana bergabung, saat itu jumlah traceurs ada 6.

    Pada akhir Januari Brex menemukan nama yang cocok untuk komunitas Parkour Malang, "Play_on" yang diambil dari bahasa jawa (playon) yang berarti "berlari" dan juga bisa berarti "bermain" dalam bahasa inggris (play on). akhirnya para Traceurs berunding untuk nama baru itu, dan akhirnya mereka menyepakati "Play_on" untuk nama komunitas Parkour Malang.

Tambahan :
    Dan kini sebenarnya ada banyak anggota Play_On Parkour Malang yang didominasi oleh remaja SMA, namun yang sering latihan ini masi tidak terlalu banyak, harapan saya yang latihan lebih banyak lagi, lebih semangat, karena kita semua sama-sama belajar. Dan moga-moga untuk JAMMING NASIONAL juga banyak yang ikut... :D
Selengkapnya...

Thursday, March 3, 2011

Latihan Parkour Hari Selasa @ UNMUH Malang

2 hari lalu Play_On Parkour Malang latihan teknik di UNMUH, tempat biasa kita latihan hari selasa & kamis,

Latihan hari ini diikuti oleh banyak anggota, kira-kira 20 - 25 an, kebanyakan anggota baru dari temen-temen SMA,MAN, dll.

Pertama kami jogging mengelilingi kampus UNMUH, kemudian kami pemanasan sebentar. Tapi, cuaca tidak mendukung, lalu kami akhirnya pindah lokasi latihan ke DOME UMM.

Disana kami latihan vaulting, kebanyakan sih Kong Vault, jadi kami secara bergiliran latihan Kong Vault dengan obstacle meja yang kebetulan nganggur di DOME, karena anggota baru masih banyak yang belum bisa, maka ya Kong Vault sebisanya saja, tapi tentu mas Brex dan mas Danial memberi contoh Kong Vault yang baik dan benar, tapi selanjutnya itu ya nikmati saja prosesnya.




Selengkapnya...

Friday, February 11, 2011

Ke Pulau Sempu

Hari selasa (8 Februari 2011), Aku, mas Danial, mas Tizhar, mas Yuda (PK Yogya), dan "mbak" Catharina (Jerman), pergi ke Pulau Sempu.

Kami berangkat pukul 7.30 an, padahal janjiannya berangkat jam 6.00. :D. Ya biarlah, dan kami pun pergi pake mobil dengan semangat, karena ini baru pertama kali bagiku pergi ke Pulau Sempu, aku pun sangat semangat !!!

Sebelum ke Pulau Sempu, kami harus pergi selama kurang lebih 2 jam dulu ke Pantai Sendang Biru, pantai yang menurut aku ya biasa-biasa aja, tapi pantai itu merupakan dermaga yang akan mengantar para pengunjung ke Pulau Sempu.

Dari Pantai Sendang Biru, kami lantas menyantap dulu bekal makanan yang sudah dibeli tadi pagi, karena kami pagi tadi belum sarapan. Selesai makan, ada seseorang yang menghampiri kami yang menanyakan apakah tujuan kami ini ke Pulau Sempu, dan kami meng-iyakan-nya, tapi bapak itu menyuruh kami untuk pergi ke sekretariat perhutani guna meminta ijin kepada pihak perhutani, gak tau kenapa. Tapi, mas Yuda dan mas Tizhar berangkat ke pos tersebut. kurang lebih 10 menit, mereka kembali, dan hasilnya........ Ternyata ujung-ujungnya duit juga.... Kampret !!!

Kemudian kami menyewa perahu yang ditawarkan Rp. 100 rb untuk pergi pulang sehari itu. Sistemnya adalah setiap perahu dilengkapi dengan nomor, yang mana nanti jika kami sudah ingin pulang, kami tinggal menelepon pihak dermaga dan menyebutkan nomor perahu yang harus menjemput kami, kebetulan nomor perahu kami adalah nomor 9.

Aku pikir dari Pantai Sendang Biru, kami yang diantar pake perahu diesel ini langsung di arahkan ke Pantai Sempu yang katanya indah dan asik, tapi kami malah diturunkan di tepi hutan bakau yang penuh lumpur, karena ini musim hujan, maka lumpur pun ada dimana-mana. Tapi., kata mas Tizhar yang sudah 4 kali ini pergi ke Pulau Sempu, memang ini petualangan yang diperjuangkan untuk sampai ke pantai yang indah.....

Aku yang hanya memakai sandal ini terpaksa melepasnya demi keselamatan dan demi cepat sampainya ke pantai, karena kalo pake sandal, maka permukaan tanah semakin licin. Kakiku yang belum sembuh akibat terkilir pun harus rela juga berjuang di sela-sela akar-akar pohon besar dan batu-batu karang yang dibaluti lumpur, sempat beberapa kali kakiku terkilir, tapi ya sudahlah, yang penting sampai.

Perjalanannya susah banget, tapi untung aja ada jalan kecil yang meski lebih jauh sedikit, tapi aman bagi kami, jadi kami mengikuti jalan kecil tersebut.Di jalan, kami bertemu dengan kelompok-kelompok lain yang juga akan mencoba petualangan menuju pantai di Pulau Sempu, kami pun saling bantu jika ada anggota kami yang kesulitan atau terjatuh, enak banget deh, yang semula gak kenal, tapi bisa bekerja sama.

Akhirnya, setelah perjalanan 2 jam lebih berjalan melewati jalanan tanah yang terjal dan tanpa alas kaki nonstop, kami pun sampai pada pantai yang sudah ditunggu-tunggu dan selama perjalanan sudah menjadi motivasi kami agar tetap sabar dan kuat melewati jalan terjal. Tapi, sebelumnya kami sempat mau menyerah, karena mas Danial dan mas Tizhar ternyata sudah jauh di depan dan sudah tidak lagi mendengar teriakan kami (Aku, mas Yuda, "mbak" Catharina) dan yang bikin aku kesel itu, kami sudah melihat ada laut, tapi kami ada di pinggirannya, jadi pikirku kami ini tersesat dan harus memutari pulau agar sampai lagi di pantai. Tai ternyata memang itu jalan yang benar, dan untuk kesekian kalinya kami berteriak, akhirnya ada jawaban dari mas Danial, kami  pun senang dan langsung menghampiri asal suara itu, dan benar saja, kami sampai ke pantai yang indah itu. :D

Sayang, kami yang sampai ke pantai sekitar pukul 14.00 itu haru s pulang sekitar pukul 15.30, karena takut kesorean kalo perahunya menjemput, soalnya kalo mau nginep, kami gak bawa perlengkapan, seperti tenda, atau paling tidak jaket lah... jadi waktu itu aku manfaatkan sebisa mungkin untuk mengganti rasa lelah selama perjalanan tadi, dengan berenang, makan snack, dan lain-lain.

Akhirnya kami pulang berlima bersama-sama dengan rasa lelah, tapi harus dilakukan, karena kalau tidak ya tidak akan pulang, tantangan kali ini selain jalan yang terjal, adalah ditambah lagi dengan rasa ngantuk. Selama perjalanan, aku terus ngrasa ngantuk, pokoknya pengen tidur lah...

Sampai di Pantai Sendang Biru, kami langsung ke toilet dan membersihkan badan yang bercampur lumpur, sekitar pukul 18.00, kami mulai pulang ke Malang, dan aku yang sudah ngantuk, langsung tidur aja, gak peduli kepala kebentur kaca atau apalah.....
Ini adalah pengalamanku yang pertama yang sekaligus menyenangkan bercampur sedikit kesakitan, karena pundakku yang membawa tas berisi pakaian, minuman 2 bol ini harus sedikit lecet karena terlalu banyak gesekan saat jalan naik turun mungkin.

Dan sekalian aku ngucap selamat jalan buat Catharina yang tanggal 19 Februari ini pulang kembali ke Jerman setelah kuliahnya rampung selama setahun ini di UGM jurusan Sastra Indonesia. :D Selengkapnya...

Sunday, January 30, 2011

Jenguk Arif

Hari Jumat Lalu (28 Januari 2011), kami Play_On Malang berniat menjenguk teman kami yang bernama Arif, di rumahnya, kompleks DODIKJUR, Malang, karena sabtu pekan lalu (22 Januari 2011) ia mengalami patah tangan, kejadiannya sih katanya tangannya dijadikan tumpuan sewaktu jatuh mencoba teknik tricking AERIAL, pas bermain-main di ring tinju belakang MOG, saya sih kebetulan gak ikut, karena waktu itu malam hari dan saya ada urusan lain,






Semoga Arif Cepat Sembuh dan Dapat Kembali Latihan Bersama Play_On Parkour Malang
Selengkapnya...

Latihan Teknik Hari Kamis

Ini adalah jurnal parkour saya bersama Play_On Parkour Malang yang latihan rutin setiap hari kamis, tepatnya tanggal 27 Januari 2011, yaitu latihan teknik bertempat di Universitas Muhammadiyah Malang, latihan hari itu cukup seru, tapi karena hujan, maka kami melanjutkan latihan di DOME UMM, berikut foto dan video editan "ecek-ecek".






Selengkapnya...

Thursday, January 27, 2011

Tiga Nama Satu Akar

Ini merupakan sebuah pemahaman tentang berbagai disiplin dari seni bergerak yang berasal dari Perancis, untuk meluruskan persepsi masyarakat umum mengenai kegiatan yang kami lakukan.
Artikel ini saya kutip dari www.parkourindonesia.web.id yang di posting oleh mas Fadly Bullseye.


Disiplin-disiplin yang dimaksud adalah Art Du Deplacement, Parkour, dan Freerunning. Masing-masing disiplin ini menuntut sebuah ketekunan kerja keras serta pemahaman yang baik dari masing-masing individu yang menjalaninya.






Art Du Deplacement

Art Du Deplacement ini bisa dikatakan sebagai seni berpindah tempat atau seni bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan obstacles yang berada di lingkungan dengan memanfaatkan fisik dan teknik yang menerapkan semua kemungkinan menjadi suatu rangkaian, yang bertujuan untuk menciptakan gerakan koreografi yang cantik dan spektakular di lingkungan urban maupun alami. Art Du Deplacement dikembangkan oleh original member dari Yamakasi yang terdiri dari sembilan orang pada awal permulaannya. Walaupun akhirnya grup ini terpecah, namun beberapa member yang tersisa seperti Laurent Pitermossi, Yann Hnautra, Chau Belle Dinh serta William Belle terus mengembangkan Art Du Placement dengan definisi dan prinsipnya tersendiri di bawah label Majestic Force. Beberapa team lain pun muncul dari seni yang berharga ini antara lain seperti Adrenaline, TCT, Dvinsk Clan, SW crew dan lain-lain.


Parkour

Parkour merupakan sebuah disiplin yang diterapkan oleh David Belle setelah meninggalkan Yamakasi. Ia menerapkan Parkour sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh ayahnya Raymon Belle mengenai pelatihan halang rintang militer untuk bergerak cepat melewati obstacles di semua lingkungan dengan gerakan yang efektif dan efisien. Parkour ditujukan untuk beradaptasi melewati rute dengan memanfaatkan kekuatan fisik dengan gerakan yang cepat tanpa kehilangan banyak energi untuk sampai tujuan. Semua gerakan parkour ditujukan agar seseorang dapat mencapai tujuan atau dapat digunakan dalam keadaan terjepit untuk melarikan diri dari kejadian tidak terduga. Parkour merupakan disiplin yang paling populer, karena prinsip moderasi atau kesederhanaan yang diterapkan oleh David Belle ke setiap sanubari praktisinya di seluruh dunia.




Free Running

Free Running adalah sebuah evolusi dari cara bergerak dan disiplin yang telah ada. Free Running merupakan kebebasan untuk seseorang bergerak dengan gerakan yang indah dan menarik sebagai bentuk kebebasan berekpresi dari setiap praktisinya. Disiplin ini dikembangkan oleh Sebastian Foucan, sahabat kecil dari David Belle sekaligus salah satu pendiri dari Yamakasi. Sebastian memasukkan unsur filosofi yang menarik dari Free Running ini yang bersifat lebih personal dibandingkan dua disiplin lainnya.



Awal Mula

Semuanya bermula dari sebuah konsep Methode Naturalle karya Georges Hebert. Methode Naturalle adalah cikal bakal dari ketiga disiplin tersebut yang diciptakan oleh Georges Hebert sebelum perang dunia pertama. Georges Hebert adalah seorang petugas angkatan laut yang suka berkelana ke seluruh bagian dunia. Saat kunjungannya ke benua Afrika, ia terkesan dengan sebuah suku primitif yang memiliki fisik serta skills yang tinggi. Mereka memiliki tubuh yang kuat, flexible, energik, dan memiliki daya tahan yang tinggi padahal mereka tidak memiliki tutor gymnastic. Akhirnya Hebert menyadari, bahwa yang membuat mereka kuat bukanlah karena mereka latihan gymnastic, melainkan karena lingkungan tempat tinggal mereka itu sendiri.

Terinspirasi dari suku tersebut, Hebert menciptakan sebuah latihan yang diberi nama Methode Naturalle sebagai metode bergerak secara alami di lingkungan sekitar. Methode Naturalle dikenal dengan moto ‘etre fort pour etre utile’ atau ‘menjadi kuat dan berguna’ dengan tujuan mulia untuk membantu diri sendiri dan orang lain dengan menggunakan kekuatan dari hasil latihannya.

Latihan ini meliputi sepuluh gerakan dasar yaitu walking, running, jumping, quadrupedal movement, climbing, balancing, throwing, lifting, self-defense, swimming. Konsep inilah yang akhirnya digunakan untuk pelatihan militer tentara Perancis di perang dunia kedua. Sampai saat ini, Methode Naturalle juga dipakai dalam pelatihan militer dan pemadam kebakaran di Perancis.

Salah satu yang mendalaminya adalah Raymond Belle, seorang tentara Perancis yang akhirnya bergabung dengan sapeurs-pompiers ( pemadam kebakaran militer). Raymond memperkenalkan pada anaknya (David Belle) tentang methode naturalle dan latihan halang rintang militer. Bersama sahabatnya Sebastian Foucan, mereka berlatih dan bermain bersama di usia 16 tahun. Pada waktu itu, mereka berdua bertemu dengan para remaja seusia mereka yang tertarik dengan apa yang mereka lakukan. Bersama-sama, mereka berlatih dan mengembangkan fisik dan teknik latihan mereka sehingga menjadi sebuah disiplin yang saat itu dikenal dengan nama "Art Du Deplacement". Mereka terdiri dari David Belle, Sébastien Foucan, Laurent Pitermossi, Yann Hnautra, Charles Perrière, Malik Diouf, Guylain N'Guba-Boyeke, Châu Belle-Dinh, dan Williams Belle.

Pada tahun 1997, mereka akhirnya melanjutkan Art Du Deplacement yang mereka latih dengan menamakan grup mereka dengan sebutan Yamakasi. Awalnya mereka mencari kata-kata yang baik untuk menamakan grup mereka. Mereka menginginkan kata-kata Strong Man atau Strong Body namun sangat susah dan tidak nyaman bila diucapkan, khususnya dalam bahasa Perancis. Disinilah Guylain (yang menjadi Rocket di film Yamakasi) menyebutkan kata "Yamakasi" yang berasal dari bahasa Lingala (salah satu bahasa Congo, Afrika) yang memiliki arti Strong Spirit, Strong Body, Strong Man. Akhirnya mereka memulai menamakan grup mereka dengan sebutan Yamakasi.

Tahun 1998, Yamakasi unjuk gigi dengan menampilkan aksi mereka di film pendek berjudul "Le Message" yang menampilkan seni dan olahraga yang mereka lakukan. Namun setelah penampilan mereka di acara musik "Notre Dame de Paris", David dan Sebastian mengundurkan diri dari Yamakasi karena hak pendapatan dan perbedaan pendapat dan definisi dari Art Du Deplacement tersebut. Sehingga saat film "Yamakasi" yang muncul pada tahun 2001 terus berjalan tanpa kehadiran mereka berdua.

David akhirnya menamakan seni disiplin yang dimilikinya dengan nama “Parkour”. Nama tersebut ditemukan oleh David Belle dengan temannya yang bernama Hubert Koundé. Kata Parkour itu sendiri dari kata "parcours du combattant" yang berarti pelatihan halang rintang militer yang sempat digagas Georges Hébert. Kata Parcours “c” diganti menjadi “k” dan “s”nya dipakai untuk menjelaskan filosofi Parkour itu sendiri. “Parkour’s philosophy about efficiency” . Sedangkan istilah Traceur adalah sebuah sebutan untuk para praktisi Parkour. Seseorang bisa dikatakan traceur jika orang tersebut sudah memahami arti, basic, dan filosofi dari Parkour itu sendiri. Traceur berasal dari kata “tracer” yang berarti cepat, mempercepat (to trace/ to go fast).


David dan Sebastien terus mengembangkan parkour dengan memunculkan beberapa praktisi lain yang akhirnya menjadi team, seperti Stephane Virgoux, Johann Virgoux, Sebastien Goudot, Jerome Ben Roues, Kazuma, Michael Ramdan, Rudy Cuong dengan nama "La Releve". Team inilah yang mengembangkan parkour yang semula di Lisses yang dikenal sebagai Original Crew atau Original Traceur. Aksi mereka bisa dilihat dalam beberapa video di youtube.

Untuk memudahkan Parkour dalam bahasa yang lebih umum atau bahasa Inggris, maka Parkour juga biasa diartikan dengan sebutan Free Running. Namun di tahun 2001, perbedaan pandangan antara David Belle dan Sebastian Foucan mengenai prinsip yang harus ditanam dari displin Parkour mulai terlihat. Sehingga akhirnya Sebastian dan beberapa Original Traceur memutuskan untuk memisahkan diri mereka dari dunia disiplin Parkour.

Sebastian Foucan akhirnya menamakan disiplin yang ia bawa dengan sebutan “Free Running”. Sebastian menciptakan kosep dan kepercayaan “Follow Your Way” yang mengedepankan kebebasan bergerak dan kebebasan berekspresi. Konsep Free Running kemudian mulai mewabah daerah Inggris dengan muncul video dokumenter “Jump London” yang menampilkan Sebastian Foucan, Johann Virgoux, serta Jerome Ben Roues. Free running mengedepankan “freedom of movement” yang menampilkan gerakan-gerakan yang indah dan menarik dengan konsep kesenangan pribadi.

Free Running mungkin terlihat lebih personal dibandingkan dua disiplin lainnya. Sebastian menanamkan filosofi yang luar biasa di dalam Free Running bagi mereka yang mencintai kebebasan bergerak untuk mengembangkan dan membebaskan intuisi serta kreatifitas mereka. Free Running berdiri tanpa ada team serta leader, berdiri sebagai satu komunitas Free Running. Dengan prinsip seperti itu, maka Sebastian Foucan didaulat menjadi duta dari komunitas Free Running di seluruh dunia.


Serupa Tapi Tak sama

Ketiga disiplin ini memang terlihat sama, namun memiliki nilai dan tujuan yang berbeda. Seperti yang dikatakan Laurent Pitermossi dari Majestic Force “parkour, l'art du deplacement, freerunning, the art of movement (seni bergerak)... semuanya merupakan hal yang sama. Semua itu merupakan gerakan dan berasal dari tempat yang sama, bersumber dari sembilan orang yang sama. Hal yang paling membedakan hanyalah bagaimana cara setiap orang bergerak.” Selain itu, ditambahkan oleh komentar Adit Roar yang sempat mendapatkan sumber dari Laurent yang telah menjelaskan pengembangan dari disiplin tersebut. "Waktu umur 16 tahun, lahirlah ADD ( L'art du deplacement). Setelah lebih matang dan mulai beda pemikiran antara art yg mereka kembangkan, barulah mereka memutuskan untuk mengembangkan apa yg mereka percaya dalam diri mereka. Dan untuk membedakannya satu sama lain, mereka berniat menamainya. Disinilah sebuah bagian dimana David memilih Parkour dan Foucan memilih free running. Mereka berdua mengerti satu sama lain, karena mereka mengetahui apa rasanya menjalankan apa yang mereka yakini. Dan itu tidak bisa dirubah".

Bila memperhatikan dengan apa yang dimaksudkan oleh Laurent, bahwa "yang membedakan bagaimana cara setiap orang bergerak", maka hal inilah yang akhirnya membedakan beberapa disiplin tersebut. Parkour lebih mengutamakan gerakan yang efisien yang berarti "tidak buang-buang tenaga". Hal tersebut yang ingin dipertahankan oleh David Belle untuk prinsip Parkour. Seperti yang dikatakannya "parkour merupakan sebuah seni yang dapat menolong kamu melewati berbagai rintangan dari titik A ke titik B hanya dengan menggunakan kemungkinan (kekuatan) tubuh manusia. Pahami bahwa seni ini diciptakan oleh beberapa tentara di Vietnam untuk melarikan diri atau mencapai suatu tujuan: semangat inilah yang saya inginkan tetap berada pada parkour. Kamu harus dapat membedakan antara yang penting dan tidak penting dalam situasi darurat/bahaya. Kemudian kamu akan mengetahui apakah itu parkour atau bukan. Jika kamu melakukan gerakan akrobatik di jalanan tanpa ada tujuan jelas atau hanya sekedar untuk unjuk (pamer) kemampuan, mohon jangan anggap atau katakan bahwa itu adalah parkour. Akrobatik sudah ada jauh sebelum parkour". Parkour memiliki filosofi untuk bergerak menuju tujuan dengan melewati rintangan dengan gerakan yang efektif dan efisien sehingga prinsip ini dapat digunakan untuk melewati rintangan di rute kehidupan yang dilalui. Setiap traceur bergerak secara nyaman dan mementingkan efisiensi untuk cepat sampai di tujuan.

Sedangkan Sebastian menerapkan sebuah konsep yang menarik untuk Free Running dan setiap praktisi yang menjalani. "Freerunning adalah sebuah evolusi. Bergerak seperti binatang. Bergerak mengalir bagaikan air atau menemukan keseimbanganmu sendiri dengan sebuah filosofi yang benar. Ini adalah bagian dari Free runner. Fokuslah dengan apa yang ada di dalam dirimu melebihi yang ada di luar sana". Free running lebih bersikap individu yang bergerak untuk menujukkan yang namanya "Kebebasan Bergerak". Sebastian memberikan filosofi yang berbeda dengan parkour. Bila di Parkour memiliki prinsip bergerak secara nyaman dan mementingkan efisiensi untuk cepat sampai di tujuan, maka Sebastian memiliki pemikiran yang berbeda. Baginya, bukan bagaimana cara cepat sampai di tempat tujuan, yang terpenting baginya adalah bagaimana proses mencapai tujuan tersebut. Maka disinilah Freerunning bergerak tanpa ada point a dan point b. Bergerak sesuka hati dengan gerakan yang enak untuk dilihat dan lebih spektakular. "Untuk apa hanya melompat ke depan kalau bisa melompat dengan cara yang lebih indah dan menarik".

Disinilah terlihat apa yang membedakan dari setiap masing-masing nama disiplin tersebut. Semua tertuju pada satu sumber, namun dengan pengembangan pemikiran seiring dengan cara berpikir masing-masing founder.

 
Sebuah Keputusan dan Kesimpulan

Apa yang bisa saya ambil dari semua ini? Apa yang bisa diambil dan diserap oleh semua praktisi yang membaca note ini? Argumen berkepanjangan antara masing-masing disiplin justru yang akan membuat otak, hati dan tubuh kita tertahan untuk tidak berlatih. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Dan Edwardes dari Parkour Generation. Sibuk memperdebatkan mana yang benar dan mana yang salah membuat kita tidak mau menghormati sistem latihan kita masing-masing dan menghormati sistem latihan disiplin lainnya. Yang penting adalah, kita semua harus bisa menempatkan diri sesuai yang kita pahami.

Bila anda tertarik dan merasa nyaman dengan Art Du Deplacement dan metodenya, maka berlatihlah dan pahami semua prinsip dan metode yang diterapkan. Bila anda tertarik dan merasa nyaman dengan Parkour dan metodenya, maka berlatihlah dan pahami semua prinsip dan metode yang diterapkan. Begitu pula dengan Free Running. Merasa lebih nyaman dengan Free Running, maka berlatihlah dan pahami semua prinsip, filosofi dan metode yang diterapkan.

Disini saya berbicara sebagai praktisi yang memilih Parkour sebagai disiplin karena saya bergabung dengan "Forum Parkour Indonesia". Maka metode serta filosofi yang saya ambil dan saya latih adalah parkour. Begitu pula dengan anda yang merasa membawa nama parkour di keseharian ada mulai dari bergabung dengan parkour Indonesia serta memakai pernak-pernik parkour, maka berlatihlah parkour dengan baik sesuai dengan metode yang diterapkan dalam sebuah komunitas di mana anda berada. Semua metode latihan di setiap daerah tentunya sangat berbeda, namun mempunyai disiplin yang sama yang sesuai dengan metode latihan yang sesungguhnya.

Namun bila ada yang tertarik dengan dua bentuk latihan lainnya seperti Art Du Deplacement dan Free Running, maka bentuklah kepribadian dirimu sesuai dengan disiplin yang kamu pilih dan terapkan filosofinya dalam kehidupan. Kita akan berlatih bersama dan saling mendukung dan menghormati satu sama lain tanpa melukai masing-masing disiplin. Karena tiga nama yang terlampir disini merupakan memiliki satu akar yang sama dari tempat dan sumber yang sama.

Selengkapnya...

Wednesday, January 26, 2011

Post Pertama

Post Pertama Jurnal Parkour Selengkapnya...

Powered by Blogger.